Khabar Southeast Asia

Pakaian renang yang patuhi Syariah makin populer di Indonesia

Oleh Yamko Rambe untuk Khabar Southeast Asia di Jakarta

Mei 23, 2012

Seorang wanita Indonesia mengenakan pakaian renang bermerk LeeVierra. Busana renang yang mematuhi hukum Islam mudah dicari di toko-toko busana Islam dan mal-mal pertokoan di seluruh negeri. [Yamko Rambe/Khabar]

Seorang wanita Indonesia mengenakan pakaian renang bermerk LeeVierra. Busana renang yang mematuhi hukum Islam mudah dicari di toko-toko busana Islam dan mal-mal pertokoan di seluruh negeri. [Yamko Rambe/Khabar]

Meskipun Indonesia merupakan negara mayoritas Muslim, mereka tidak memiliki kolam renang khusus wanita yang memungkinkan kaum wanita Muslim yang mengenakan jilbab dapat bersantai atau berolahraga. Keadaan ini menciptakan kesempatan bagi para perancang lokal untuk memproduksi pakaian renang khusus bagi kaum wanita Muslim.

Dian Yasmina Fajri pernah ditarik keluar dari sebuah kolam renang umum oleh seorang penjaga kolam renang yang menganggap pakaian renangnya tidak pantas. Karena tidak berhasil menemukan pakaian renang yang sesuai dengan komitmennya untuk mengenakan jilbab, Fajri merancang untuk dipakai sendiri.

“Saya suka berenang, namun tidak bisa menemukan pakaian renang yang pantas. Mengenakan pakaian selain pakaian renang dilarang di kolam renang umum, hingga akhirnya saya merancang pakaian renang Muslim baru yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan tangan. Rancangan ini sopan, aman dan nyaman. Rancangan ini juga mematuhi panduan Islam,” katanya kepada Khabar Asia Tenggara.

Islam mendorong para umatnya untuk menjaga kesehatan tubuh melalui kegiatan atletik. Namun demikian, di bawah hukum Syariah, kaum Muslim diharuskan menutupi aurat – yaitu bagian tubuh yang dianggap intim yang hanya bisa dilihat oleh pasangan atau sanak keluarga/teman yang berjenis kelamin sama.

“Banyak orang tertarik akan pakaian renang yang saya kenakan. Sejak itu, saya menerima pesanan dari orang-orang yang ingin mengenakan pakaian renang yang serupa. Pada tahun 2004, saya menerima 30 pesanan sebulan,” kata Fajri.

Dia memakai nama salah satu anaknya, Kanz, yang dalam bahasa Arab berarti harta karun, sebagai merek koleksi pakaian renangnya

Asal muasal pakaian renang halal tidak diketahui pasti, namun di Indonesia, sudah terkenal sejak tahun 2004. Banyak pemilik toko dan pengusaha menganggapnya mode baru.

Di Tanah Abang – yaitu kawasan di Jakarta yang merupakan pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara – para pembeli dan penjual eceran berduyun-duyun membeli segalanya yang berhubungan dengan busana, dari peralatan menjahit dan kain sampai pakaian siap pakai curah.

“Sekarang ini, permintaan untuk pakaian renang saya telah mencapai 300 sampai 400 potong per bulan. Para penjual eceran saya di Tanah Abang juga telah mulai memproduksi baju renang sendiri untuk memenuhi permintaan yang meningkat,” kata Dian.

Pakaian renang Muslim terkenal bukan hanya di antara kaum Muslim Indonesia, tetapi juga di antara non-Muslim dan orang asing. Kesopanan bukanlah satu-satunya keunggulannya.

Irmalia Septiana, seorang mahasiswa Universitas Negeri Islam di Jakarta, menyatakan bahwa pakaian renang halal memberi kebebasan bergerak dan juga sebagai tabir surya.

“Pakaian renang Muslim mempermudah saya beraktivitas secara bebas. Sebagai seorang Muslim, saya harus menutup aurat saya; menutup tubuh adalah identitas saya sebagai orang Muslim. Saya mulai mengenakan pakaian renang Muslim di semester pertama universitas. Awalnya, saya merasa manfaat utama pakaian renang berlengan panjang itu adalah untuk melindungi hampir seluruh tubuh saya dari matahari dan mencegah terbakar matahari yang tidak merata,” kata Septiana.

Fajri berkata bahwa pelanggan pakaian renangnya beragam, dan dia menerima makin banyak pesanan dari non-Muslim.

Seorang warga Indonesia berenang mengenakan pakaian renang yang menutupi seluruh tubuh yang memungkinkan kaum wanita untuk menikmati air sementara mematuhi keyakinan Islam mereka. Gaya ini makin populer di Indonesia, sementara kaum wanita non-Muslim juga menyukai kesopanan dan perlindungan terhadap terik matahari dari baju renang seperti ini.

Seorang warga Indonesia berenang mengenakan pakaian renang yang menutupi seluruh tubuh yang memungkinkan kaum wanita untuk menikmati air sementara mematuhi keyakinan Islam mereka. Gaya ini makin populer di Indonesia, sementara kaum wanita non-Muslim juga menyukai kesopanan dan perlindungan terhadap terik matahari dari baju renang seperti ini.

“Sebelumnya, pelanggan saya adalah mereka yang memakai jilbab, namun kini juga banyak pesanan pakaian renang dari non-Muslim. Saya memiliki pelanggan orang Bali, Hindu dan Tionghoa Indonesia, yang suka berenang tetapi enggan terbakar matahari,” kata Fajri yang sekarang menerima pesanan melalui jejaring sosial seperti Facebook. “Saya berangan-angan bahwa pada suatu hari peserta kontes Miss Universe dari Indonesia yang biasanya dicela masyarakat akan mengenakan pakaian renang Kanz dan bukannya bikini,” katanya.

Sementara ini, ada pertanda bahwa pakaian renang Muslim melaju di pasar internasional. Pada tahun 2007, merek Ahiida, yang diciptakan oleh Aheda Zanetti yang adalah warga Australia keturunan Lebanon, membuat dan mematenkan kata “Burqini”, yaitu gabungan kata burqa dan bikini sebagai nama pakaian renang tertutup penuh yang mereka produksi.

Carmen Pai Daschke, seorang warga Amerika beragama Muslim, mengingat bahwa dia pernah mengenakan celana panjang ketat dan gaun beribadah ukuran besar di luar sebuah kaus untuk berenang pada saat dia mengajar bahasa Inggris di Maroko – sebuah pakaian yang diperbolehkan di kolam renang umum di Maroko, tetapi tidak diizinkan di Indonesia.

Olahraga penting bagi kaum wanita Islam, kata Carmen, seorang profesor agama di kota Atlanta, AS, kepada Khabar lewat Facebook.

“Dalam agama Islam, kita (kaum wanita) diharuskan belajar berenang, menunggang kuda, dan menggunakan busur serta panah. Jadi, bagi saya, berenang itu penting,” katanya kepada Khabar.

Awal Tentang Kami Sanggahan +Fullsite