Khabar Southeast Asia

  • English
  • Bahasa

Keprihatin kemanusiaan melampaui konflik agama di Ambon

Oleh Petrus Oratmangun untuk Khabar Southeast Asia di Ambon

Agustus 25, 2012

Sebuah keluarga di Batumerah, Ambon, Indonesia berusaha melarikan diri dari banjir pada tanggal 1 Agustus. Ribuan rumah di Ambon, Maluku disergap banjir dan hanyut karena meluapnya beberapa sungai di pulau Ambon. Banjir ini menyebabkan 13 kematian dan 6.179 orang kehilangan tempat tinggal. [Foto oleh Petrus Oratmangun/Khabar].

Sebuah keluarga di Batumerah, Ambon, Indonesia berusaha melarikan diri dari banjir pada tanggal 1 Agustus. Ribuan rumah di Ambon, Maluku disergap banjir dan hanyut karena meluapnya beberapa sungai di pulau Ambon. Banjir ini menyebabkan 13 kematian dan 6.179 orang kehilangan tempat tinggal. [Foto oleh Petrus Oratmangun/Khabar].

Banjir yang menyerbu Ambon akhir-akhir ini telah membuat warga mengesampingkan perbedaan agama mereka dan bekerja sama dalam membangun komunitas mereka.

"Kami hanya memikirkan bagaimana kami bisa hidup dan tidak memikirkan tentang konflik," Netty Rahalu, seorang warga berusia 36 tahun di Kota Ambon, berkata kepada Khabar Southeast Asia. "Saya rasa, kebanyakan umat Muslim dan Kristen sadar bahwa upaya kemanusiaan pada saat ini penting."

"Pemerintah juga tidak akan menjatahkan bantuan kemanusiaan berdasarkan agama. Bagaimanapun juga, kami semua orang Ambon," tambah Netty.

Hujan deras dan banjir bandang yang menyerbu pada tanggal 1 Agustus menewaskan 13 orang dan menyebabkan lebih dari 6.000 orang kehilangan tempat tinggal. Ribuan rumah rusak; terjadi mati listrik di daerah yang luas; dan transportasi lumpuh karena jalan dan jembatan rusak. Pemerintah melakukan evakuasi menggunakan kapal dan perahu karet.

Juanda Umasugi, pemimpin regu bantuan kemanusiaan dari Universitas Darussalam di Ambon, berkata bahwa banjir ini menyebabkan banyak umat Muslim membatalkan puasa mereka selama Ramadhan, karena mereka terpaksa membersihkan lumpur dari rumah mereka.

Setelah banjir surut, air minum masih menjadi masalah di Ambon. Banyak sumber air dikotori lumpur dan tidak bisa diminum, dan pipa-pipa air yang disediakan pemerintah hancur. Warga terpaksa mengantri untuk memperoleh air minum yang disediakan di tempat-tempat evakuasi.

Setelah banjir surut, air minum masih menjadi masalah di Ambon. Banyak sumber air dikotori lumpur dan tidak bisa diminum, dan pipa-pipa air yang disediakan pemerintah hancur. Warga terpaksa mengantri untuk memperoleh air minum yang disediakan di tempat-tempat evakuasi.

Setidaknya lima desa terisolasi di kabupaten Leitimur Selatan (Leitisel). Banyak orang tidak bisa bekerja dan belajar karena masalah infrastruktur.

"Kami berharap pemerintah akan memperhatikan keadaan kami sekarang secara sungguh-sungguh - terutama karena anak-anak kami tidak bisa pergi ke sekolah," kata Martha Pattipeilohy, Ketua Gereja Protestant Maluku/GPM).

Menurut Jakarta Globe, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah memberikan Rp 6,125 milyar ($ 650.000) kepada pemerintahan Maluku untuk membantu pemulihan dari bencana tersebut.

Dari jumlah itu, sekitar Rp 250 juta ($ 26.315) akan digunakan untuk upaya tanggap darurat, sementara sisanya akan digunakan untuk memindahkan ribuan warga Ambon yang kehilangan rumah dan membangun kembali rumah-rumah yang hancur karena longsor. Bantuan lebih lanjut akan ditentukan sementara pihak berwenang meninjau kerusakan dan mengalokasikan dana dari anggaran negara, provinsi dan kotamadya, menurut Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu kepada para wartawan pada tanggal 10 Agustus.

Para pejabat BNPB dan Kementerian Pekerjaan Umum telah mengunjungi Ambon untuk meninjau situasi itu, dan akan melapor langsung kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sementara itu, Netty mendorong sesama warga lainnya untuk bersatu di saat yang sulit ini.

"Saya rasa meskipun Anda adalah seorang Muslim atau Kristen, Anda harus menolong orang lain sebagai manusia dan mengesampingkan jati diri Anda. Ada banyak anak di sekeliling kota yang memerlukan tempat tinggal sementara menunggu bantuan lebih lanjut," katanya kepada Khabar.

Yenny Herawati berkontribusi pada artikel ini

Awal Tentang Kami Sanggahan +Fullsite