Khabar Southeast Asia

  • English
  • Bahasa

Pakta Filipina dipuji sebagai jalur menuju perdamaian

Oleh Christian Brazil Bautista untuk Khabar Southeast Asia di Manila

Oktober 26, 2012

Ketua Panel Perdamaian dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) Mohagher Iqbal (kiri) bertukar dokumen dengan ketua perunding pemerintah Filipina Marvic Leonen (kanan) setelah menandatangani kesepakatan damai di Manila pada tanggal 15 Oktober. Turut hadir adalah Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (belakang kiri), fasilitator perdamaian Malaysia Abdul Ghafar Tengku Mohamed (tengah) dan Presiden Filipina Benigno Aquino (belakang kanan). [Cheryl Ravelo/Reuters]

Ketua Panel Perdamaian dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) Mohagher Iqbal (kiri) bertukar dokumen dengan ketua perunding pemerintah Filipina Marvic Leonen (kanan) setelah menandatangani kesepakatan damai di Manila pada tanggal 15 Oktober. Turut hadir adalah Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (belakang kiri), fasilitator perdamaian Malaysia Abdul Ghafar Tengku Mohamed (tengah) dan Presiden Filipina Benigno Aquino (belakang kanan). [Cheryl Ravelo/Reuters]

Para pejabat setempat telah memuji penandatanganan kesepakatan kerangka kerja damai antara pemerintah dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) sebagai langkah penting menuju pengakhiran permusuhan selama empat dekade yang telah merenggut 150.000 jiwa dan menjerat kawasan selatan ini dalam kemiskinan.

Kesepakatan yang ditandatangani di Manila pada tanggal 15 Oktober yang dihadiri oleh Presiden Benigno Aquino dan ketua MILF Murad Ebrahim ini menjelaskan langkah-langkah bagi mencapai pakta kedamaian terakhir pada tahun 2016, termasuk pembentukan Bangsamoro, suatu kawasan Muslim otonomi baru di Mindanao.

Para pejabat setempat mendapatkan dukungan luas bagi langkah ini bahkan pada saat mereka memperingatkan bahwa upaya langkah perdamaian ini belum tuntas.

Gubernur Cotabato Selatan Arthur Y. Pingoy, Jr. berkata bahwa provinsinya mendukung penuh prakarsa tersebut. “Hal ini bukan berarti jawaban sekejap bagi perdamaian yang telah kita dambakan. Tetapi kita berharap bahwa ini adalah arah yang benar untuk mencapai perdamaian berkelanjutan di Mindanao,” katanya.

Anggota Dewan Provinsi Cotabato Selatan, Jose Madanguit, mendukung pernyataan Pingoy dengan berkata, “Ini adalah pertama kalinya suatu prakarsa damai menerima tanggapan yang sangat positif. Meskipun ada pihak yang tidak menyetujui kerangka kerja ini, sebagian besar – baik Muslim maupun Kristen – mendukungnya.”

Dukungan ini tidak bersuara bulat. Di Korondal, ibu kota Cotabato Selatan, Walikota Peter Miguel mendesak warga untuk membaca kesepakatan ini secara seksama dan mendukungnya. “Ini hanyalah awal prakarsa damai pemerintah, tolong jangan bereaksi berlebihan. Mari kita dukung prakarsa ini bagi kedamaian yang kita dambakan,” katanya.

Para pemberontak Front Pembebasan Islam Moro di Kamp Darapanan, provinsi Maguindanao, Filipina selatan, mengacungkan senjata api mereka saat merayakan penandatanganan kesepakatan damai tersebut. [Pat Roque/Reuters]

Para pemberontak Front Pembebasan Islam Moro di Kamp Darapanan, provinsi Maguindanao, Filipina selatan, mengacungkan senjata api mereka saat merayakan penandatanganan kesepakatan damai tersebut. [Pat Roque/Reuters]

Stabil dan Tenang

Tim Pengawas Internasional (IMT) yang dikepalai Malaysia, yang telah mengamati konflik dan upaya mengembangkan kawasan selatan ini, berkata ketulusan antara kedua pihak tampak jelas sementara mereka “melangkah untuk mengakhiri ketegangan dan konflik di Mindanao.”

Bersama Batalyon Infanteri ke-73 dan pemerintah provinsi Maitum, IMT memimpin upacara di Barangay Ticulab, tempat penangkapan sandera bersenjata pada tahun 2005, untuk menunjukkan dukungan bagi kesepakatan kerangka kerja damai tersebut. Tujuh merpati dilepaskan sebagai lambang kedamaian.

Penandatanganan kesepakatan ini belum menyebabkan timbulnya kekerasan besar. Menurut tim IMT di SOCCSARGEN (daerah Mindanao tengah di Filipina yang mencakup Cotabato Selatan, Cotabato, Sultan Kudarat, Sarangani dan General Santos City), kawasan ini “sangat damai, sangat stabil, dan sangat tenang. Meskipun ada beberapa konflik di beberapa tempat karena unsur-unsur yang melanggar hukum, konflik itu tidak menyebar.”

MNLF menekan reaksi

Meskipun Nur Misuari, ketua pendiri Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), telah terus menyuarakan kritik atas pakta itu, dia setuju akan perlunya penyelesaian tanpa kekerasan. Kelompoknya telah menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah pada tahun 1976.

Kesepakatan itu menyebabkan berdirinya Daerah Otonomi di Muslim Mindanao (ARMM), yang baru-baru ini dicap sebagai “percobaan gagal” oleh Aquino dan sekarang akan digantikan oleh daerah Bangsamoro.

Misuari, mantan gubernur ARMM, menyebut kesepakatan kerangka kerja damai tersebut sebagai “penyebab krisis dan perang lainnya di Mindanao” – namun memperjelas komentarnya beberapa hari kemudian.

“Saya salah dipahami. Yang saya katakan adalah kerangka kerja itu mungkin akan menjadi penyebab krisis, termasuk perang,” kata Misuari setelah pertemuan dengan gubernur Sulu, Abdusakur Tan. Sulu dianggap sebagai pusat kekuatan MNLF dan anggotanya yang berjumlah 7.000.

Misuari menegaskan bahwa dia akan mengajukan penentangannya melalui jalur politik.

“Jika saya ingin permusuhan berlanjut, kenapa saya mengumumkannya?... Saya akan diam jika itu tujuan saya. Saya justru mencalonkan diri sebagai gubernur [Bangsamoro] ARMM dalam pemilu bulan Mei 2013. Saya sekarang seorang politisi, kami hanya menginginkan hal yang baik bagi rakyat kami,” kata Misuari.

Para wanita Muslim berdoa pada tanggal 14 Oktober selama upacara dekat istana Malacañang di Manila, menunjukkan dukungan mereka bagi kesepakatan kerangka kerja dengan Front Pembebasan Islam Moro. Para wanita tersebut bepergian dengan karavan damai dari Mindanato ke Manila. [Cheryl Ravelo/Reuters]

Para wanita Muslim berdoa pada tanggal 14 Oktober selama upacara dekat istana Malacañang di Manila, menunjukkan dukungan mereka bagi kesepakatan kerangka kerja dengan Front Pembebasan Islam Moro. Para wanita tersebut bepergian dengan karavan damai dari Mindanato ke Manila. [Cheryl Ravelo/Reuters]

Pembangunan dan investasi

MILF dibentuk pada tahun 1977 sebagai fraksi pecahan dari MNLF, setelah kesepakatan damai tahun 1976 dengan pemerintah menyebabkan keretakan dalam kepemimpinannya. Mantan presiden Joseph Estrada menyerukan “perang total” terhadap MILF pada tahun 2000. Pemerintah melanjutkan kembali pembicaraan damai dengan MILF selama pemerintahan Gloria Macapagal-Arroyo.

Pada saat ini kabinet Aquino telah menyisihkan 8,95 milyar peso Filipina (216 juta dolar) bagi proses peralihan untuk Bangsamoro. Menurut Aquino, dana tersebut akan digunakan untuk “membuat langkah terperinci, komitmen mendetil dan program mendetil yang menuju perwujudan tujuan jangka panjang kita.”

Kesepakatan damai ini juga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi besar bagi kawasan yang kaya sumber daya dan subur ini. Pemerintah sedang merencanakan investasi sebesar “ratusan juta dolar” di Mindanao selama 18 bulan ke depan, ungkap Sekretaris Perdagangan Gregory Domingo minggu lalu, menurut AFP.

Para diplomat dari Jepang, Malaysia, India, dan Perancis telah mendekati pemerintah, menanyakan akan investasi dalam sektor pertambangan, listrik, manufaktur, dan agribisnis, katanya.

Awal Tentang Kami Sanggahan +Fullsite