Khabar Southeast Asia

  • English
  • Bahasa

Perdagangan ternak mencapai jalanan Jakarta menjelang Idul Adha

Oleh Ismira Lutfia Tisnadibrata untuk Khabar Southeast Asia di Jakarta

Oktober 27, 2012

Rizki, seorang pedagang ternak musiman, merawat hewan peliharaannya dan membersihkan kandang sementara yang dibuat di sebuah jalan di Jakarta menjelang Idul Adha. [Ismira Lutfia Tisnadibrata/Khabar]

Rizki, seorang pedagang ternak musiman, merawat hewan peliharaannya dan membersihkan kandang sementara yang dibuat di sebuah jalan di Jakarta menjelang Idul Adha. [Ismira Lutfia Tisnadibrata/Khabar]

Beberapa minggu menjelang Idul Adha, kandang sementara yang dipenuhi dengan sapi, kambing, dan domba bermunculan di seluruh Jakarta Raya, sebuah tanda bahwa perdagangan musiman hewan kurban telah dimulai.

Ukuran bisnis bervariasi, dari pameran 15 kambing kecil dalam kandang yang dibuat di samping jalan hingga kawanan ternak besar yang ditambatkan di lapangan sepak bola di wilayah hunian mewah Jakarta Selatan, Senopati.

Tanpa pernah memikirkan bau menusuk yang harus ditanggung oleh tetangga dan pelintas; bagi beberapa pedagang yang juga tinggal di kawasan tersebut, bisnis ternak musiman adalah tradisi tahunan.

Salah satu pedagang semacam ini adalah Rizki, yang membuat kandang sementara di dekat klinik dokter gigi, warung makan, dan salon kecantikan di wilayah hunian di Jalan Mampang Prapatan XI di Jakarta Selatan.

Rizki membuka kandang sementara untuk memajang 17 kambing dan dua sapi pada tanggal 20 Oktober, seminggu sebelum Idul Adha, yang diperingati pada tanggal 26 Oktober. Sampai hari Kamis, ia telah menjual 16 kambing, dan mengharapkan lebih banyak penjualan sebelum kembali ke pekerjaan rutinnya menjalankan toko serba ada di dekatnya.

“Saya berharap penjualan lebih banyak hingga Idul Adha dan beberapa hari setelahnya, sebelum melanjutkan bisnis. Perdagangan ini adalah tradisi keluarga yang saya pelajari dari ayah saya sejak kecil,” katanya kepada Khabar Southeast Asia.

Rizki berkata ia mendapat jumlah yang cukup besar dari perdagangan ternak musiman tetapi menolak untuk mengungkapkan jumlah pasti. “Cukup untuk menyediakan makanan dan susu bagi keluarga saya,” katanya.

Ia berkata pelanggan rutinnya adalah masyarakat dari lingkungan sekitar yang menyediakan hewan bagi tempat penyembelihan lokal untuk dibagikan kepada rakyat miskin.

Meskipun mudah mencari pedagang ternak di jalanan Jakarta, Arie Rukmantara, seorang praktisi humas, mengatakan ia lebih memilih untuk membeli ternaknya di pedesaan melalui keluarga, untuk memastikan pembagian daging kurban segar yang adil bagi yang membutuhkan di sana.

Ini adalah praktik yang meraih popularitas selama bertahun-tahun karena kelebihan pasokan daging kurban di Jakarta menyebabkannya dikonsumsi oleh masyarakat yang tidak begitu miskin di kota.

"Membeli hewan kurban di kawasan pedesaan akan memastikan bahwa daging kurban akan dinikmati oleh mereka yang benar-benar layak sambil mengetahui bahwa penerimanya juga keluarga jauh kita atau masih keluarga jauh kita," kata Arie.

Selain pembagian daging kurban secara adil, resiko penyakit zoonosis seperti antraks dan penyakit mulut juga merupakan masalah yang datang bersama musim ini.

Wiwiek Bagja, dokter hewan dan ketua Asosiasi Kedokteran Hewan Indonesia, mengatakan pemeriksaan kesehatan ternak sebelum penyembelihan penting untuk mencegah konsumsi daging tidak sehat.

"Kami menerima laporan zoonosis setiap tahun sebagai akibat ternak tidak sehat, dan pemerintah telah meminta asosiasi dan jaringan kami untuk memeriksa kesehatan hewan ternak untuk kurban," katanya kepada Khabar.

Ia mengatakan bahwa menurut Hukum Peternakan dan Kesejahteraan Hewan tahun 2009, dokter hewan ahli kesejahteraan publik harus memastikan bahwa semua produk hewan yang bisa dikonsumsi adalah aman, sehat, utuh, dan halal.

"Meskipun halal adalah istilah Sharia, hal ini memiliki beberapa aspek ilmiah yang bermanfaat bagi dokter hewan seperti cara hewan disembelih atau perlakuan sebelum penyembelihan," katanya.

"Ini harus mematuhi prinsip dasar kesejahteraan hewan seperti menyediakan hewan ternak dengan tempat penampungan dan makanan yang sesuai untuk memastikan seluruh proses hingga penyembelihan yang tidak membahayakan hewan," tambahnya.

Seorang juru bicara Jaringan Bantuan Hewan Jakarta, Pramudya Harzani setuju, sambil mengatakan bahwa memastikan kesejahteraan hewan adalah keharusan untuk mencegah hewan kurban menjadi sakit atau terjangkit penyakit.

Ia menambahkan bahwa mematuhi standar kesejahteraan hewan akan menghasilkan daging yang segar dan sehat untuk rakyat miskin.

"Ini juga harus sesuai dengan arti Idul Adha yang sebenarnya, bahwa daging hewat kurban benar-benar dapat bermanfaat bagi yang memerlukan. Jika tidak, hal ini hanya simbol tindakan pengorbanan hewan," katanya.

Namun, Pramudya mengatakan, bagian terpenting untuk memastikan kesejahteraan hewan adalah teknik menyembelih.

"Penjagal harus menggunakan pisau setajam mungkin untuk memastikan penyembelihan tidak sakit bagi hewan kurban," katanya.

Awal Tentang Kami Sanggahan +Fullsite