Khabar Southeast Asia

Malaysia Memasuki Pasar Pariwisata Muslim

Oleh Grace Chen untuk Khabar Southeast Asia di Kuala Lumpur

Mei 20, 2013

Lampu-lampu meriah menarik para wisatawan untuk keliling di bawah sinar bulan dengan becak di Melaka, kota bersejarah di Malaysia. [Grace Chen/Khabar]

Lampu-lampu meriah menarik para wisatawan untuk keliling di bawah sinar bulan dengan becak di Melaka, kota bersejarah di Malaysia. [Grace Chen/Khabar]

Sepuluh tahun lalu, Kuala Lumpur membuat satu sudut pusat perbelanjaannya yang tersibuk di Jalan Bukit Bintang menjadi Jalan Arab yang berisi tukang cukur, pasar swalayan dan sebuah restoran yang menyajikan santapan khas Timur Tengah. Pada saat itu, masyarakat bertanya-tanya apakah jalan itu relevan di daerah yang sebelumnya didominasi etnis Cina.

Angka-angka terbaru dari Dewan Pemasaran Pariwisata Malaysia - dikenal sebagai Tourism Malaysia - menunjukkan bahwa memang begitu halnya. Dari kedatangan 25 juta pelancong pada tahun 2012, sekitar 4 juta berasal dari negara-negara Muslim seperti Iran, Arab Saudi, Irak dan Oman.

Malaysia juga menarik para wisatawan Muslim dari India, Bangladesh dan Pakistan. Bahkan, pada bulan Januari, sebuah survei oleh konsultan perjalanan Muslim yang berbasis di Singapura, Crescent Rating, menyatakan Malaysia sebagai tujuan wisata ramah Muslim terbaik di dunia.

Ala Salih, 55, dari Irak dan pemilik Sahara Tent, restoran Timur Tengah di Jalan Arab, adalah salah satu pebisnis pertama yang melihat potensi pasar pariwisata Muslim di Malaysia, sekitar sepuluh tahun yang lalu.

"Pada saat itu, restoran di Asia tidak banyak tahu cara melayani turis Muslim. Seringkali, saya melihat wanita berkerudung makan dengan menyelipkan sendok makanan di bawah penutup mereka. Saya mengerti, sudah pasti hal ini amat tidak nyaman bagi mereka. Jadi, ketika saya membuka restoran saya, kami memiliki daerah tempat duduk yang tertutup untuk seluruh keluarga dengan pramusaji perempuan," kata Ala.

Sentuhan bijaksana seperti ini telah memberikan kontribusi terhadap keberhasilan gerakan Kunjungi Malaysia oleh Tourism Malaysia, yang mulai menggelarkan karpet bagi pasar khusus ini pada awal tahun 2000. Pasar pariwisata Muslim bernilai RM 390 milyar ($129 milyar) di tahun 2012, menurut perkiraan The Star.

Pilihan makanan halal yang ditawarkan di Wadi Hadramawt, sebuah restoran di Ampang, Selangor yang dikelola oleh mitra bisnis asal Yaman dan Malaysia. [Grace Chen/Khabar]

Pilihan makanan halal yang ditawarkan di Wadi Hadramawt, sebuah restoran di Ampang, Selangor yang dikelola oleh mitra bisnis asal Yaman dan Malaysia. [Grace Chen/Khabar]

Tujuan wisata ramah Muslim

Yeok Ah Yong, 65, telah membuka kedai nasi ayamnya di Jalan Bukit Bintang selama 26 tahun. Sekarang ini, katanya, terkadang dia harus mengingatkan diri bahwa dia berada di Malaysia, bukan di Dubai.

Perusahaan transportasi, industri perhotelan dan lembaga pemerintah telah bekerja sama untuk membuat Malaysia tempat liburan ramah Muslim.

Terpenting dalam agenda adalah masalah halal. Setelah memasarkan negerinya sebagai surga makanan, keragaman ini harus diperluas untuk wisatawan Muslim juga. Perusahaan Pengembangan Industri Halal telah mengidentifikasi sekitar 259 hotel dan resor yang memiliki dapur halal.

Mendapatkan lampu hijau halal bisa menjadi upaya yang berat, kata Audrey Yap, manajer humas dari Palm Garden Hotel di Putrajaya, lokasi pemerintah federal.

"Sebuah sertifikasi halal bukan hanya berarti lingkungan bebas babi, tapi juga kebersihan. Piring harus berjarak tertentu dari lantai. Persediaan makanan harus disembelih secara manusiawi. Mereka harus mematuhi persyaratan keselamatan Islam seperti batas zat tambahan yang diizinkan," kata Yap.

Para pekerja istirahat siang di teras yang menghadap masjid dan jembatan Putrajaya di bulan Maret 2011. Malaysia telah dinilai sebagai tujuan wisata Muslim terbaik di dunia berkat tempat sholat yang berlimpah, pilihan makanan halal dan rasa nyaman bagi wisatawan Muslim. [Saeed Khan/AFP]

Para pekerja istirahat siang di teras yang menghadap masjid dan jembatan Putrajaya di bulan Maret 2011. Malaysia telah dinilai sebagai tujuan wisata Muslim terbaik di dunia berkat tempat sholat yang berlimpah, pilihan makanan halal dan rasa nyaman bagi wisatawan Muslim. [Saeed Khan/AFP]

Hotel-hotel mendapat sertifikasi halal

Jean Marc Veron, mantan kepala juru masak Hotel Eastin di Petaling Jaya, berkata butuh waktu setahun bagi sertifikasi Swez Brasserie di Eastin.

Hotel ini juga memiliki sebuah restoran Cina yang tidak halal, jadi harus dibuat pintu masuk terpisah, juga tempat penyimpanan serta tempat pencucian terpisah untuk alat masak, pecah belah dan bahan-bahan setiap restoran. Layanan binatu dari luar juga dikerahkan untuk seragam yang dikenakan oleh staf Swez.

"Satu-satunya hal yang belum kita lakukan adalah mencegah seseorang dari dapur halal berjabat tangan dengan rekan-rekan mereka di departemen lain. Hal ini akan melanggar HAM," dia bergurau.

Secara terpisah, industri taksi Kuala Lumpur yang dulu terkenal telah dirapikan. Tourism Malaysia telah mendorong para supir taksi menjadi duta negara. Sopir taksi sekarang diharuskan memakai seragam, memegang lisensi yang tepat dan mematuhi standar biaya.

"Karena kita di lapangan, itu berarti kita adalah referensi terbaik untuk mencari tempat belanja termurah, restoran terbaik untuk makan dan tempat yang paling menarik untuk dikunjungi. Kita dapat berperan dalam memperkenalkan budaya Malaysia, seperti gasing dan tarian tradisional, kepada wisatawan," kata supir taksi Nazri bin Mat kepada Khabar.

Awal Tentang Kami Hubungi Kami Sanggahan +Fullsite