Juni 24, 2013
Bali terkenal akan kesenian dan agama Hindunya, yang tertanam dalam kehidupan masyarakat sehari-hari bersama dengan tradisi musik, tarian, ukiran, seni lukis dan teater.
Kekayaan budaya ini ditampilkan secara semarak setiap tahunnya di Pesta Kesenian Bali, sebuah acara yang menarik pengunjung dari seluruh dunia.
Tahun ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih ajang ini sebagai tempat untuk mengecam orang-orang yang membahayakan tradisi keragaman dan toleransi di Indonesia dengan kekerasan berdasarkan etnis atau agama.
"Kami tidak akan mentolerir kekerasan tidak masuk akal yang dilakukan atas nama agama atau identitas," kata SBY saat membuka edisi ke-35 festival ini pada tanggal 15 Juni, di Pusat Seni Werdhi Budaya di Denpasar.
"Kami akan memastikan mereka yang membahayakan karakteristik persatuan dan kerukunan atau melakukan tindakan yang tidak toleran akan dibawa ke pengadilan."
Dia memuji Bali untuk keterbukaan dan kreativitasnya. "Kesenian Bali memiliki integritas dan begitu juga penduduknya. Kami ingin mengirim pesan kepada dunia bahwa Bali aman untuk dikunjungi," katanya.
Parade para pemain
Setelah pidato pembuka, festival selama sebulan ini dimulai dengan parade pemain dan seniman yang berkelok-kelok melalui jalan utama di Denpasar.
Menurut Gubernur Bali Made Mangku Pastika, lebih dari 15.000 seniman berpartisipasi, menelan biaya pemerintah daerah sekitar Rp 5 miliar ($503,796).
"Festival ini akan menyatakan kepada dunia bahwa Bali adalah masyarakat yang terbuka, dan kami menyambut semua orang dengan kedamaian, kerukunan, dan toleransi," katanya.
Mangku menambahkan bahwa Bali sekaligus menjadi tuan rumah KTT Hindu Sedunia di Pusat Seni di Denpasar pada tanggal 13-16 Juni, yang dihadiri oleh ratusan pemimpin Hindu dan imam besar dari seluruh dunia.
Festival ini penting tidak hanya untuk Bali, tetapi untuk Indonesia secara umum.
"Bali adalah tujuan wisata internasional. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa presiden Indonesia meluangkan waktu untuk datang ke Bali dan membuka acara tersebut," kata I Ketut Adriantara, salah satu penyelenggara festival tersebut. Penduduk dari seluruh pulau telah mempersiapkan festival itu selama berbulan-bulan, ia menambahkan.
"Kami ingin memastikan bahwa kami menyampaikan pesan tersebut," kata Ketut. "Kami ingin mengirim pesan perdamaian. Jika acara ini sukses, maka akan memberikan citra positif bagi negara serta meningkatkan pendapatan negara kita. Kami ingin lebih banyak wisatawan untuk menjadikan Bali tujuan pertama mereka."
Sumber pendapatan … dan inspirasi
Yunita Sari, 34, menjual batik dan perhiasan buatan tangan di festival, dan menikmati pertunjukan.
"Saya berasal dari Jawa, tapi saya telah di sini selama lebih dari 10 tahun. Setiap tahun saya menghadiri Pesta Kesenian Bali, saya tidak pernah merasa bosan," katanya.
Festival ini juga memiliki misi penting untuk mendidik anak-anak tentang tradisi budaya, baik dari Bali maupun luar.
"Saya melihat orang-orang mengagumi lukisan para seniman. Saya ingin menjadi salah satu pelukis berbakat," kata Hari Gunawan, seorang bocah 12 tahun yang berkunjung dari Solo.
Ketika ditanya mengapa, Hari mengatakan, "Lukisan bisa membuat orang bahagia dan berpikir. Lukisan juga memberi ketenangan ketika Anda menikmatinya. Dan ketika Anda membuatnya, itu mengajarkan Anda untuk bersabar. Lukisan memberi Anda perasaan yang baik," tambahnya.
Ni Komang Untari, warga Denpasar berusia 31 tahun, berpentas di festival. Bagi penari itu, seni merupakan sumber toleransi, harmoni, dan cara untuk meneruskan kualitas tersebut.
"Saya ingin orang-orang untuk saling mengasihi dan tidak membenci satu sama lain," katanya kepada Khabar. "Kami mempelajari hal itu dari Hinduisme."
Ni Komang mengatakan dia ingin menjadi seorang duta besar suatu hari nanti. "Tapi kalau itu tidak mungkin, saya ingin menjadi duta kasih melalui tarian yang saya bawakan," katanya.