Khabar Southeast Asia

  • English
  • Bahasa

Pakar terorisme: Jihad regional hadapi kesulitan

Oleh Zahara Tiba untuk Khabar Southeast Asia di Jakarta

Juni 17, 2014

Para pemberontak dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) ikut dalam aksi turun ke jalan pada 27 Maret di Sultan Kudarat, Filipina untuk mendukung perjanjian damai dengan pemerintah Filipina. [Ted Aljibe/AFP]

Para pemberontak dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) ikut dalam aksi turun ke jalan pada 27 Maret di Sultan Kudarat, Filipina untuk mendukung perjanjian damai dengan pemerintah Filipina. [Ted Aljibe/AFP]

Dalam lanjutan wawancaranya pada bulan Februari untuk Khabar Southeast Asia, wartawan dan pakar terorisme Indonesia, Solahudin, berbicara tentang ancaman ekstremis regional dan bagaimana kelompok radikal menggunakan Facebook untuk berkomunikasi antar anggota.

Khabar: Apakah terorisme di Filipina dan Thailand memiliki akar yang sama seperti di Indonesia?

Solahudin:Menurut pemahaman saya, ada dua kelompok besar di Filipina. Kelompok pertama didirikan oleh para mantan pejuang di Afghanistan. Kelompok kedua, Gerakan Islam Rajah Sulaiman (RSIM), didirikan oleh Ahmed Santos, seorang warga Filipina yang menjadi radikal ketika tinggal di Arab Saudi.

Kelompok pertama dipengaruhi oleh kelompok Abu Sayyaf, yang mengarahkan mereka ke terorisme. Mereka berbeda dari kelompok di Thailand, yang tidak terlibat dalam jihad global.

Kelompok di Thailand tersebut lebih dari pemberontakan. Pernah ada cabang Al-Qaeda di Asia Tenggara yang berbasis di Malaysia, yang mencoba memasuki Ujung Selatan namun gagal. Dari apa yang saya pelajari, kelompok-kelompok di Thailand, khususnya di Pattani, tidak tertarik pada apa yang ditawarkan Al-Qaeda.

Mereka sibuk dengan agenda mereka sendiri. Itu sebabnya mengapapergi berjihad ke Suriah telah menjadi tren di kalangan kelompok-kelompok di Indonesia dan Filipina, tetapi tidak di Thailand.

Jihad regional terus menghadapi kesulitan. Mereka ingin mendirikan markas jihad di Asia Tenggara untuk mengakomodasi kepentingan yang lebih besar, tetapi gagal. Selama ini mereka hanya terfokus untuk memimpin jihad lokal dan mengadakan pelatihan militer bersama.

Sebuah usaha yang menonjol seperti yang dilakukan oleh pemerintah Filipina untuk masuk ke dalamperjanjian damai dengan kelompok-kelompok seperti MILF (Front Pembebasan Islam Moro) sangat membantu.

Jadi kelompok-kelompok ini kurang tertarik pada jihad global. Juga, penegakan hukum yang ketat adalah kunci untuk memerangi terorisme di banyak negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Filipina, dan Indonesia.

Khabar:Seberapa efektif kelompok radikal menggunakan alat media sosial seperti Facebook dan Twitter untuk merekrut orang dan menyebarkan pesan-pesan mereka?

Solahudin: Internet cukup efektif untuk membantu kelompok-kelompok ini merekrut anggota baru dan berhubungan dengan anggota mereka melalui situs web atau media sosial.

Perekrutan lewat Facebook tidak lazim .... Kelompok yang berusaha untuk membom kedutaan Myanmar di Jakarta pertama kali bertemu lewat Facebook. Mereka secara aktif terlibat dalam forum diskusi di Facebook. Kelompok-kelompok di Jakarta, Madiun dan Solo, awalnya dikira HASMI, yang juga bertemu lewati Facebook.

Mereka kemudian mengatur pertemuan untuk meluncurkan serangan teror, meskipun kemudian gagal.

Kelompok-kelompok ini [di Jakarta, Madiun dan Solo] banyak berinteraksi lewat Facebook. Seiring dengan perkembangan teknologi, internet telah banyak membantu mereka untuk membuat misi mereka berhasil. Mereka dulu sering bertemu langsung, tetapi sekarang bisa melakukan diskusi online.

Awal Tentang Kami Hubungi Kami Sanggahan +Fullsite