Khabar Southeast Asia

  • English
  • Bahasa

Ketua MUI menyebut kekerasan agama di Yogyakarta "menyedihkan"

Oleh Maeswara Palupi di Yogyakarta untuk Khabar Southeast Asia

Juni 21, 2014

Orang-orang Kristen berjalan pada prosesi bulan Desember 2009 di Yogyakarta, di mana orang-orang Kristen setempat telah dijadikan serangan dalam serangan baru-baru ini. [Tarko Sudiarno/AFP]

Orang-orang Kristen berjalan pada prosesi bulan Desember 2009 di Yogyakarta, di mana orang-orang Kristen setempat telah dijadikan serangan dalam serangan baru-baru ini. [Tarko Sudiarno/AFP]

Lembaga ulama Islam yang paling kuat di Indonesia ini menentang kekerasan terhadap orang Kristen di Sleman, Yogyakarta.

"Serangan di Sleman sangat menyedihkan dan memprihatinkan," kata ketua Majelis Ulama Indonesia ( MUI) Din Syamsuddin kepada Khabar Southeast Asia.

"Negara kita memiliki sejarah panjang toleransi beragama dan kita harus meneruskannya di Indonesia," katanya saat wawancara tanggal 2 Juni di kantornya di Jakarta. "Kami berharap pemerintah kita akan segera memecahkan masalah ini."

Dua serangan baru-baru ini di Kabupaten Sleman menyasar gereja Pantekosta dan sekelompok umat Katolik.

Dalam insiden pertama pada tanggal 29 Mei di Benteng, Sleman, setidaknya selusin orang berpakaian gamis menyerang sebuah rumah milik Julius Felicianus, seorang Katolik, direktur penerbit buku Kristen Galung Press pada saat ia dan umat Katolik lainnya berdoa. Felicianus terluka parah dan tiga lainnya luka ringan, Jakarta Post melaporkan.

Dalam serangan kedua tiga hari kemudian, massa yang dilaporkan termasuk anggota dari dua kelompok Muslim garis keras, merusak sebuah gereja Pantekosta yang kosong di Pangukan, Sleman.

"Serangan itu menghancurkan gereja Pantekosta. Ada sekitar 20 orang yang terlibat dalam serangan itu." Warga Sleman Muhammad Bambang Suryanto, yang menyaksikan serangan pada 1 Juni itu, berkata kepada Khabar. "Mereka mengaku sebagai warga dan anggota Front Jihad Islam (FJI) dan Forum Umat Islam (FUI).

"Mereka datang ke gereja itu dengan tuntutan agar gereja menghentikan kebaktian karena belum diberikan izin untuk digunakan sebagai tempat ibadah."

Perkembangan terbaru

Pada tanggal 9 Juni - seminggu setelah Din berbicara dengan Khabar – segerombolan preman menyegel gereja Pangukan yang sama setelah jemaatnya membuka kembali bangunan untuk ibadah, menurut the Post.

Polda DIY berkata kepada Khabar, Rabu (18 Juni), bahwa empat tersangka yang tidak disebutkan namanya ditangkap sehubungan dengan insiden 29 Mei dan 1 Juni.

"Kami telah menangkap tiga orang yang diduga melakukan serangan ke rumah Julius Felicianus di Benteng, Sleman, dan satu tersangka ditangkap pada saat terjadinya serangan gereja," kata Anny Pudjiastuti, juru bicara Polda DIY.

Mengomentari serangan itu, ulama Sleman Muhammad Suprato mengatakan, "Kita harus menjadikan situasi ini sebagai saat untuk bercermin diri. Tampaknya banyak orang di wilayah ini masih belum memiliki toleransi dan memiliki sedikit keterampilan dalam menangani konflik agama."

"Kita seharusnya tidakmencoba memecahkan masalah demgam kekerasan. Ini tidak akan menghasilkan apa pun, hanya penyesalan, dan ini bukan apa yang diajarkan Islam kepada kita," katanya kepada Khabar.

Aditya Surya di Jakarta memberikan kontribusi untuk laporan ini.

Awal Tentang Kami Hubungi Kami Sanggahan +Fullsite