Khabar Southeast Asia

Pejabat: Tersangka teroris galang milyaran rupiah lewat peretasan internet

Juni 23, 2012

MEDAN, Indonesia - Kelompok Teror telah menjadikan Medan pusat penggalangan dana dan milyaran rupiah telah dihasilkan dengan meretas skema pemasaran internet, kata direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia (BNPT), Kamis (21 Juni).

Komentar itu muncul setelah polisi dan pasukan anti-teror menyita tiga buah rumah mewah di kota Sumatera Utara ini bersama dengan kendaraan, uang tunai dan properti lainnya dengan nilai total 8 milyar rupiah ($ 850.000). Mereka juga menangkap seorang tersangka utama yang mengelola aset tersebut.

"Mereka memiliki aset bernilai milyaran rupiah di Medan, yang semuanya diperoleh melalui transaksi penipuan multilevel marketing [MLM] online," kata Direktur BNPT Ansyaad Mbai kepada The Jakarta Post.

Dia mengatakan aset Medan ini diperoleh dengan cara meretas MLM, skema piramida di mana anggota memperoleh imbalan finansial dengan merekrut anggota baru.

"Para peretas mengalihkan kredit poin ke rekening mereka dan kemudian menjualnya kepada perantara yang mentransfer jumlah uang yang sama ke rekening bank mereka," katanya seperti dikutip.

Strategi penggalangan dana itu terungkap setelah penangkapan tersangka teror pada bulan Mei di beberapa provinsi, termasuk lima orang di Bali, satu di Jakarta, empat di Medan, dua di Bandung, dua di Surakarta dan satu di Jawa Timur, kata The Post.

"Jaringan teror di Indonesia adalah afiliasi dari beberapa kelompok, termasuk kelompok yang memiliki anggota di Cirebon dan Surakarta yang disebut Hizbah. Sebagian besar anggotanya telah ditangkap tetapi beberapa telah melarikan diri dan bergabung dengan kelompok serupa di Medan," kata Ansyaad seperti dikutip.

Kamis pagi, petugas dari pasukan anti-teror Detasemen 88 dan polisi setempat menyerbu sebuah rumah di Jalan Ekawarni III No 4A, Medan Johor, dan menangkap pemiliknya, Rizky Gunawan, 44, lapor Tribunnews. Dokumen yang ditemukan di rumahnya menuntun penyitaan aset berikutnya.

Juga ditangkap istri Rizky, ayahnya, sepupunya yang berumur 16-tahun dan seorang tamu berumur 19 tahun di rumah itu, kata laporan itu.

Para tetangga mengatakan kepada wartawan keluarga itu telah tinggal di sana selama sekitar tiga bulan tetapi jarang berinteraksi dengan orang lain di lingkungan itu.

Komisaris Polisi Medan, Monang Situmorang, menduga Rizky telah mengambil bagian dalam pelatihan teroris di Poso, Sulawesi.

"Rizky adalah anggota jaringan teror Poso. Rizky bertindak sebagai penggalang dana untuk jaringan teror. Untuk klarifikasi lebih lanjut, tanyakan kepada Detasemen 88," katanya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh oleh kepolisian Medan, Rizky adalah pakar TI yang pindah dari satu tempat ke tempat lain, melakukan aktivitas yang berbeda di setiap tempat sebagai penjual buku, penjual buah, atau petani, kata Monang.

Awal Tentang Kami Sanggahan +Fullsite