Khabar Southeast Asia

  • English
  • Bahasa

Dua warga Muslim tewas dalam penembakan di Ujung Selatan

Juli 25, 2013

Warga berkerumun menyaksikan jenazah Awae Nisaya (kanan), 38, dan Maseng Moong, 42, dipindahkan dari warung teh di Lubo Bersa, Narathiwat. Dua penyerang tak dikenal bersenjata senapan serbu diduga menembak kedua pria tersebut hingga tewas, Selasa (23 Juli). [Rapee Mama/Khabar]

Warga berkerumun menyaksikan jenazah Awae Nisaya (kanan), 38, dan Maseng Moong, 42, dipindahkan dari warung teh di Lubo Bersa, Narathiwat. Dua penyerang tak dikenal bersenjata senapan serbu diduga menembak kedua pria tersebut hingga tewas, Selasa (23 Juli). [Rapee Mama/Khabar]

NARATHIWAT, Thailand - Para penyerang bersenjata senapan serbu melancarkan serangan mematikan di sebuah warung teh di Narathiwat, Rabu (24 Juli), menewaskan dua orang Muslim. Insiden tersebut, salah satu dari beberapa insiden minggu ini, menodai gencatan senjata Ramadhan yang sedang berlangsung antara Thailand dan militan separatis.

Para korban diidentifikasi sebagai Awae Nisaya, 38, dan Maseng Moong, 42. Orang ketiga, 61, dikatakan mengalami luka-luka. Menurut sumber-sumber setempat, Moong pernah menjadi anggota dewan lokal di subdistrik Yi-ngor, Lubo Bersa, di mana pembunuhan pada hari Rabu itu terjadi. Polisi sedang menyelidiki kemungkinan motif di balik insiden itu.

Secara keseluruhan, sembilan orang tewas dalam serangan pekan ini. Juga pada hari Rabu, dua guru perempuan tewas ketika sebuah bom meledak pada saat mereka sedang berkendara ke Sekolah Pithak Withaya Kumung di Distrik Chanae, Narathiwat. Sehari sebelumnya, gerilyawan menembak mati pasangan suami-istri di depan anak mereka yang berumur 4 tahun ketika keluarga tersebut sedang bepergian dengan sepeda motor, juga di Narathiwat.

Peningkatan kekerasan telah mengguncang wilayah tersebut setelah periode yang relatif tenang menyusul kesepakatan damai antara pemerintah Thailand dan Barisan Revolusi Nasional, salah satu kelompok pemberontak utama yang beroperasi di Ujung Selatan.

Malaysia - yang memfasilitasi perundingan damai antara pemerintah Thailand dan pemberontak Muslim dari daerah itu - mengumumkan pada tanggal 12 Juli bahwa kedua belah pihak telah bersepakat untuk mencoba menghindari pertumpahan darah selama bulan Ramadhan. Berdasarkan "Prakarsa Perdamaian Ramadhan", Pemerintah Thailand telah merombak sejumlah rintangan jalan dan militer telah menarik personilnya dari beberapa desa dalam upaya untuk meredakan ketegangan, demikian lapor AFP.

Setelah redanya kekerasan pada tahap awal, pemerintah Thailand mengemukakan kemungkinan mengurangi jumlah pasukan di wilayah tersebut.

Awal Tentang Kami Sanggahan +Fullsite