Khabar Southeast Asia

Wanita berjilbab adakan kontes Kecantikan Muslimah Dunia

Oleh Juke Carolina untuk Khabar Southeast Asia di Jakarta

September 03, 2012

Rofi Eka Shanty, seorang mantan wartawan TV dan profesional hubungan masyarakat berbasis Syariah, telah mengadakan kontes Kecantikan Muslimah internasional tahun ini, dengan peserta dari enam negara. Acara finalnya akan disiarkan langsung di TV Indonesia pada tanggal 16 September. [Juke Carolina/Khabar]

Rofi Eka Shanty, seorang mantan wartawan TV dan profesional hubungan masyarakat berbasis Syariah, telah mengadakan kontes Kecantikan Muslimah internasional tahun ini, dengan peserta dari enam negara. Acara finalnya akan disiarkan langsung di TV Indonesia pada tanggal 16 September. [Juke Carolina/Khabar]

Kecantikan lebih dari yang tampak mata. Dan lomba Kecantikan Muslimah Dunia (WMB) bukan hanya menyangkut kecantikan.

Itulah pendapat Rofi Eka Shanty, mantan wartawan TV Indonesia dan profesional hubungan masyarakat berbasis Syariah. Pada tahun lalu, dia mengadakan kontes kecantikan Muslim dunia pertama secara online bagi kaum wanita muda berjilbab.

"Islam sekarang ini mengalami krisis nama baik. 'Juru bicaranya' adalah terorisme dan kemiskinan," Rofi berkata kepada Khabar Southeast Asia. Dia ingin menunjukkan wajah Islam yang berbeda dan modern.

"Saya ingin orang melihat Islam sebagai sesuatu yang mendunia dan saya ingin melawan rasa anti Islam," kata Rofi.

Setelah meluncurkan kontes Kecantikan Muslimah Indonesia pada tahun 2011, dia meningkatkannya tahun ini menjadi sebuah kontes internasional.

"Tahun ini, akan ada peserta berkebangsaan Mesir, Nigeria, Australia, Jerman, dan Malaysia" selain Indonesia, tutur Rofi.

Menyebarkan Islam melalui kecantikan dan mode

Acara ini telah memicu keluhan dari beberapa pihak Muslim konservatif, yang berkata bahwa Islam melarang penampilan kecantikan fisik. Namun, Rofi melihatnya sebagai cara mempromosikan agama.

Banyak wanita Muslim menghindari mengenakan jilbab karena takut kurang bisa bersaing dalam pekerjaan mereka atau berpenghasilan lebih rendah, katanya kepada Khabar. Dia berharap, kontes ini akan menghilangkan kecemasan seperti itu.

"Duta besar WMB seharusnya dianggap sebagai ideal, berdasarkan sudut pandang Al-Qur'an bahwa wanita Muslim harus mengenakan pakaian Islam yang menutupi aurat (ketelanjangan) mereka," kata Rofi.

Persyaratan kontes ini sangat berat. Di antaranya adalah kemampuan menggunakan Internet dan teknologi, kepiawaian membaca Al-Qur'an, dan prestasi dalam bidang olahraga, akademia, dan budaya. Dan mengenakan jilbab merupakan keharusan.

Pemenangnya adalah seseorang yang sungguh-sungguh menuruti gaya hidup Nabi Muhammad, Rofi menambahkan.

Pemenangnya juga akan mendapatkan beasiswa satu tahun, perlengkapan teknologi mutakhir, perjalanan ziarah ke Tanah Suci, rekening tabungan di sebuah bank Syariah, dan liburan yang ditanggung penuh ke Eropa, Australia, Asia, dan sekeliling Indonesia.

Tahap awal kompetisi ini diadakan secara online pada bulan Juli. Dari tanggal 17 Agustus sampai 15 September, para pengguna Internet dapat memberikan suara bagi peserta favorit mereka. Tahap final akan disiarkan secara langsung di stasiun TV Indonesia swasta Trans7 pada tanggal 16 September.

Panel juri terdiri dari tokoh-tokoh penting dari industri mode dan komunikasi serta seorang cendekiawan Muslim.

"Tahun ini kami mengundang 1.000 anak yatim piatu untuk menjadi juri kehormatan kami. Sebagian dari mereka akan diasuh oleh peserta selama kontes untuk menguji kemampuan mereka dalam mengasuh dan menjadi panutan," kata Rofi.

Membantu wanita Muslim mengembangkan kemampuan mereka

Kholifah Nuzulia Firdausy, atau Lya, pemenang peringkat kedua pada tahun 2011, berkata kepada Khabar bahwa kontes ini merupakan anugerah.

"Sudah jelas bahwa wanita Muslim dapat menunjukkan kemampuan mereka, menjadi saleh, cerdas, dan tetap modis. Terlebih lagi, acara ini merupakan bentuk kewajiban agama masyarakat untuk menunjukkan kepada wanita Muslim lainnya akan pentingnya kecantikan luar dalam," kata Lya.

Pemenang tahun lalu, Dika Restiyani yang berusia 23 tahun, adalah mahasiswi S2 jurusan ekonomi politik internasional di Universitas Teknologi Nanyang di Singapura, pemilik usaha kecil pembuatan boneka dan pendiri yayasan amal di Jakarta Selatan yang membantu anak-anak jalanan, menurut sebuah mengenai dirinya di YouTube.

Para juri mencari "kecerdasan emosi, intelektual, dan terpenting adalah kecerdasan rohani yang baik," katanya dalam video tersebut.

Ghitta Laskrouiff, seorang perancang mode di Maroko, memuji prakarsa WMB ini.

"Saya rasa acara ini hebat; kami tidak memiliki kompetisi semacam ini," kata Ghitta, mendorong para pengelola untuk mengadakan acara ini di Maroko melalui situs-situs lokal.

Awal Tentang Kami Sanggahan +Fullsite