Khabar Southeast Asia

Renovasi Masjidil Haram paksa pemotongan kuota haji

Oleh Aditya Surya untuk Khabar Southeast Asia di Jakarta

Juni 29, 2013

Peziarah Muslim melakukan shalat siang di luar Masjid Namera di dataran Arafat, pinggiran Mekkah pada Oktober 2012, dalam ibadah haji tahunan. [Fayez Nureldine/AFP].

Peziarah Muslim melakukan shalat siang di luar Masjid Namera di dataran Arafat, pinggiran Mekkah pada Oktober 2012, dalam ibadah haji tahunan. [Fayez Nureldine/AFP].

Untuk negara seperti Indonesia, dengan populasi Muslim yang besar, ibadah haji tahunan sangat penting. Pada tahun ini, banyak jamaah haji Indonesia kecewa saat mengetahui bahwa Arab Saudi sementara ini telah mengurangi kuota haji sebesar 20%.

"Kami telah mempersiapkan diri untuk keberangkatan ini selama lebih dari dua tahun. Seperti yang Anda ketahui, beribadah Haji tidaklah murah - biaya untuk membeli tiket, hotel, dll. Dan sekarang kami baru mengetahui bahwa pemerintah Saudi memutuskan untuk mengurangi kuota," kata Emma Kartika, seorang wanita berusia 48 tahun, kepada Khabar Southeast Asia.

Emma, yang merencanakan untuk melakukan ibadah haji tahun ini dengan ibunya yang berusia 78 tahun, mengatakan waktu dimana pengurangan terjadi ini mendatangkan kekecewaan besar.

"Saya tahu ibu saya ingin naik haji sejak ia masih muda. Tetapi kami tidak pernah memiliki kesempatan karena situasi keuangan kami. Dan sekarang ketika kami siap secara finansial, kebijakan telah berubah. Untuk ibu saya, melakukan haji adalah jihad," kata Emma.

Anggito Abimanyu, Direktur Jenderal Haji di Indonesia, berkata kepada Khabar bahwa pemerintah tidak memiliki pilihan kecuali untuk membatasi jumlah jamaah haji.

"Seandainya saja kami bisa mengakomodasi semua orang untuk melakukan ibadah haji. Namun, pengurangan 20% akan mempengaruhi jumlah orang yang dapat kami tampung."

Renovasi di Masjidil Haram di Mekkah mengharuskan pengurangan tersebut, Anggito menjelaskan. Pada saat ini, Masjid hanya memiliki kapasitas 22.000 orang per jam, sementara biasanya dapat menampung 48.000 orang per jam.

Menteri Agama Suryadharma Ali mengatakan bahwa Indonesia biasanya memiliki kuota haji sekitar 211.000 jamaah. Pengurangan 20%, katanya, akan mempengaruhi 42.200 orang.

"Kami menyesali keputusan ini. Namun, keputusan ini tidak hanya mempengaruhi Indonesia, tetapi semua negara Muslim di dunia," katanya kepada wartawan pada tanggal 23 Juni.

Pengurangan ini telah merugikan para penyelenggara haji di Indonesia setidaknya Rp 800 miliar ($80,6 juta), karena biaya perumahan, katering, dan tiket pesawat yang sudah dibeli, kata menteri tersebut. Dia menambahkan bahwa ia mengharapkan pemerintah Saudi akan membantu mengkompensasi kerugian.

Ulama: Jangan berkecil hati

Meskipun pengurangan ini menyakitkan, sifatnya hanya sementara. Setelah pemugaran Masjidil Haram selesai, jumlah pendatang jamaah haji yang lebih besar dapat berlanjut.

"Pengurangan ini bersifat sementara dan akan segera disesuaikan dengan kemajuan proyek pembangunan dan konstruksi, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Mustafa Bin Ibrahim Al Mubarak, mengatakan pada konferensi pers pada hari Kamis (27 Juni).

Selain itu, proyek ini ditujukan untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah jamaah haji di masa depan," katanya kepada wartawan. Proyek tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga 2016.

Pejabat Indonesia mengumumkan pekan ini bahwa Arab Saudi telah berjanji untuk meningkatkan kuota hingga 200% setelah renovasi selesai.

Meskipun pengurangan kuota telah memicu banyak kekecewaan, Ruslan Hadi Purwanto, seorang ulama di Depok, Jawa Barat, mengatakan kepada Khabar bahwa hal ini mendatangkan pelajaran yang baik bagi umat Islam: kesempatan lebih lanjut untuk belajar kesabaran.

"Kita perlu menghargai kekhawatiran otoritas kita. Kami ingin semua orang aman saat melakukan ibadah haji. Jika tidak tahun ini, mudah-mudahan tahun depan kita akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukannya. Haji adalah sunnah di bawah hadits. Merupakan hal baik jika Anda bisa melakukan hal itu, tetapi jika Anda tidak bisa, tidak akan ada hukuman apapun," katanya.

Sementara itu, Emma dan ibunya mungkin masih memiliki kesempatan untuk mewujudkan impian lama mereka. Kementrian Agama sekarang telah mengumumkan bahwa mereka telah membatalkan keputusan sebelumnya untuk mengecualikan peziarah yang cacat atau berusia lebih dari 75 tahun karena kekhawatiran tentang kesehatan dan keselamatan.

"Kami akan memprioritaskan semua orang yang berada di posisi atas daftar tunggu saat ini, terlepas dari usia atau kondisi fisik," media lokal mengutip juru bicara kementerian Zubaidi. "Kami mengubah kebijakan kami setelah Saudi berkomitmen untuk memberikan bantuan darurat untuk peziarah orang tua dan cacat selama segmen tawaf dari ritual haji."

Awal Tentang Kami Hubungi Kami Sanggahan +Fullsite