Sejumlah pria muda terpelajar yang ikut berbondong-bondong keluar dari Iran berbicara mengenai pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi dalam beradaptasi dengan budaya dan masyarakat Malaysia.
Oleh Grace Chen untuk Khabar Southeast Asia di Kuala Lumpur
![Kotamadya Yala memperkirakan akan butuh waktu dua minggu untuk pekerjaan pembersihan setelah para pemberontak melakukan serangkaian serangan bom pada tanggal 6 dan 7 April. [Ahmad Ramansiriwong/Khabar]](/shared/images/2014/04/15/140415_STEPHEN_TH_YALABOMB-100_67.jpg)
![Kiarash Maerefatkhah, seorang warga Iran, telah enam tahun menuntut ilmu di Malaysia dan menikmati kehidupan bermasyarakatnya yang lebih terbuka meskipun adanya kerumitan imigrasi dan diskriminasi yang kadang terjadi. [Grace Chen/Khabar]](/shared/images/2014/04/12/140412_GRACE_MY_STUDENTS-100_67.jpg)
![Mariyah Nibosu, yang suaminya ditembak mati pada tahun 2009 oleh orang-orang bersenjata tak dikenal, berdiri di luar rumahnya pada bulan September 2013 di 'desa janda' Rotan Batu yang dikelola negara, 20km dari Narathiwat. ”Para wanita sangat menderita di sini,” katanya. ”Tetapi kami tabah. Kami harus memberi makan anak-anak kami sendirian. Kami harus bertahan hidup.” [Christophe Archambault/AFP]](/shared/images/2014/03/25/140325-KSEA_TH_DEEPSOUTHVICTIMS1-270_180.jpg)
![Para pemberi suara pertama kali di SMA Grafika Bhakti Nusantara di Semarang menghadiri sesi pendidikan pemilih pada tanggal 6 Maret. [Yenny Herawati/Khabar]](/shared/images/2014/04/11/140411_ADITYA_ID_YOUNG_VOTER_VG1-100_67.jpg)
![Pasukan oposisi mempersiapkan diri untuk menyerbu markas Negara Islam Jihadis Irak dan para pejuang Levant di Aleppo, Suriah pada tanggal 7 Januari. Para jihadis Indonesia berada di antara 8.000 orang asing yang bertempur dalam perang sipil Suriah. [Medo Halab/AFP]](/shared/images/2014/02/12/140203_ISMIRA_OKKY_ID_SYRIAN_JIHADIST_RETURNED_VG1-100_67.jpg)